Cari Blog Ini

Minggu, 20 Januari 2013

Kondisi Faktor Resiko Terjadinya Hipertensi






            Hipertensi, penyakit darah tinggi, adalah kondisi medis saat tekanan darah dalam arteri meningkat melebihi batas normal. Tahukah kalian ? Tekanan darah menunjukan  tingkat kemampuan kekuatan dorongan darah pada permukaan pembuluh darah arteri saat darah dipompa oleh jantung. Sebenarnya, hipertensi itu sendiri dapat dikendalikan dengan memahami faktor-faktor resiko dan pengendalian yang tepat agar tidak memicu munculnya penyakit ini. Kondisi-kondisi yang merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi meliputi faktor fisik, lingkungan, dan pengaruh stres.
            Berikut di bawah ini penjelasan singkat mengenai kondisi faktor resiko terjadinya hipertensi.
a.       Faktor Fisik
·         Obesitas (Kegemukan)
Merupakan salah satu faktor resiko terhadap tiimbulnya hiperrtensi. Obesitas dapat juga dikatakan sebagai ciri dari populasi penderita hipertensi. Kondisi jantung memompa darah dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi daripada penderita hipertensi yang tidak obesitas. Pada penderita obesitas, tahanan perifer pembuluh dsarah  berkurang atau normal, sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang rendah. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi dengan berat badan normal.

·         Hereditas (Keturunan)
Faktor genetik memberikan peranan terhadap timbulnya hipertensi. Hal ini terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak terjadi terhadap orang kembar. Kondisi dimana seorang penderita dengan hipertensi primer (esensial), apabila dibiarkan secara alamiah bersama lingkungannya, maka akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul gejala-gejala terjadinyta hipertensi. Apabila riwayat
hipertensi ditemukan pada kedua orangtuanya, dugaan terjadinya hipertensi sesensial akan lebih besar. Demikan pula dengan kembar monozigot (satu sel telur), apabila salah satunya adalah penderita hipertensi, dugaan bahwa kembarannya juga mengalami hipertensi sangatlah besar.

·         Seks (Jenis Kelamin)
Kebanyakan  pria lebih banyak mengalami kemungkinan terjadinya hipertensi daripada kebanyakan wanita. Hipertensi berdasarkan faktor jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu psikologi. Pada wanita sering kali dipicu oleh perilaku yang tidak sehat seperti merokok, kelebihan berat badan; depresi, dan rendahnya status pekerjaan.  Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis yang kuat.

b.      Faktor Lingkungan
·         Pola Konsumsi
Asupan garam mineral adalah hal yang sangat berpengaruh terhadap mekanisme timbulnya hipertensi melalui peningkatan volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Kondisi ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Konsumsi jenis makanan yang mengandung natrium cukup berpengaruh sehingga perlu dibatasi secara terkendali. Salah satu sumber jenis makanan yang mengandung kadar natrium yang tinggi ialah penyedap rasa yang mengandung monosodium glutamat atau yang lebih dikenal dengan sebutan MSG sehingga penggunaan jenis makanan tersebut sebaiknya harus digunakan sesedikit mungkin dan bila perlu dihindari.

·         Gaya Hidup Kurang Sehat
Diantara kegiatan yang termasuk gaya hidup yang kurang sehat, yaitu kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, dan sedikitnya aktivitas tuh akibat dampak pola hidup modern yang keliru. Saat ini terlihat ada kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya gaya hidup masyarakat perkotaan yang kurang sehat sehingga mempengaruhi tingkat hipertensi yang terjadi.

c.       Faktor Stres
Peningkatan stres, yang meningkatkatkan aktivitas saraf simpastis,  mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila terjadi stres berkepanjangan, maka tekanan darah akan berada pada kondisi yang tinggi yang berarti terjadi tekanan darah tinggi. Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh adanya interaksi berbagai faktor dan faktor  utama yang lebih berperan terhadap timbulnya  hipertensi tidak dapat diketahui secara pasti.
Stres sendiri adalah rasa takut dan cemas dari perasaan dan tubuh terhadap perubahan di lingkungan. Secara fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary otak mengirimkan “peringatan” dan hormon ke kelenjar endokrin, yang kemudian mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah. Hasilnya, tubuh menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah, yang dirasakan adalah degup jantung yang berpacu lebih cepat dan keringat dingin yang biasanya mengalir di tengkuk.
Dalam kondisi stres, tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang. Inilah yang menyebabkan bahwa stres melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh yang biasanya. Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini  dapat menyebabkan gangguan, baik secara psikis maupun fisik. Adanya hormon adrenalin dan hidrokortison yang dihasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres, bila berlebihan dan berlangsunf dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan reaksi dari organ tubuh yang lain. Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa enam penyebab utama kematian yang erat hubungannya denga stres adalah penyakit  jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan, pengerasan hati, dan bunuh diri.

Daftar Pustaka
Widjadja, Rafelina. 2009. Penyakit Kronis Tindakan, Pencegahan, dan Pengobatan Secara Medis Maupun Tradisional. Jakarta: Bee Media Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar