Hipertensi, penyakit darah tinggi, adalah kondisi medis
saat tekanan darah dalam arteri meningkat melebihi batas normal. Tahukah kalian
? Tekanan darah menunjukan tingkat
kemampuan kekuatan dorongan darah pada permukaan pembuluh darah arteri saat
darah dipompa oleh jantung. Sebenarnya, hipertensi itu sendiri dapat
dikendalikan dengan memahami faktor-faktor resiko dan pengendalian yang tepat
agar tidak memicu munculnya penyakit ini. Kondisi-kondisi yang merupakan faktor
resiko terjadinya hipertensi meliputi faktor fisik, lingkungan, dan pengaruh
stres.
Berikut di bawah ini penjelasan singkat mengenai kondisi faktor
resiko terjadinya hipertensi.
a.
Faktor Fisik
·
Obesitas (Kegemukan)
Merupakan salah satu faktor resiko
terhadap tiimbulnya hiperrtensi. Obesitas dapat juga dikatakan sebagai ciri
dari populasi penderita hipertensi. Kondisi jantung memompa darah dan sirkulasi
volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi daripada penderita
hipertensi yang tidak obesitas. Pada penderita obesitas, tahanan perifer
pembuluh dsarah berkurang atau normal,
sedangkan aktivitas saraf simpatis meninggi dengan aktivitas renin plasma yang
rendah. Walaupun belum diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan
obesitas, terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi daripada penderita hipertensi
dengan berat badan normal.
·
Hereditas (Keturunan)
Faktor genetik memberikan peranan
terhadap timbulnya hipertensi. Hal ini terbukti dengan ditemukannya kejadian
bahwa hipertensi lebih banyak terjadi terhadap orang kembar. Kondisi dimana seorang
penderita dengan hipertensi primer (esensial), apabila dibiarkan secara alamiah
bersama lingkungannya, maka akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam
waktu sekitar 30-50 tahun akan timbul gejala-gejala terjadinyta hipertensi. Apabila
riwayat
hipertensi ditemukan pada kedua
orangtuanya, dugaan terjadinya hipertensi sesensial akan lebih besar. Demikan pula
dengan kembar monozigot (satu sel telur), apabila salah satunya adalah penderita
hipertensi, dugaan bahwa kembarannya juga mengalami hipertensi sangatlah besar.
·
Seks (Jenis Kelamin)
Kebanyakan pria lebih banyak mengalami kemungkinan
terjadinya hipertensi daripada kebanyakan wanita. Hipertensi berdasarkan faktor
jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu psikologi. Pada
wanita sering kali dipicu oleh perilaku yang tidak sehat seperti merokok, kelebihan
berat badan; depresi, dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria lebih berhubungan dengan
pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikis yang kuat.
b.
Faktor Lingkungan
·
Pola Konsumsi
Asupan garam mineral adalah hal yang
sangat berpengaruh terhadap mekanisme timbulnya hipertensi melalui peningkatan
volume plasma (cairan tubuh) dan tekanan darah. Kondisi ini akan diikuti oleh
peningkatan ekskresi (pengeluaran) kelebihan garam sehingga kembali pada
kondisi hemodinamik (sistem pendarahan) yang normal. Konsumsi jenis makanan
yang mengandung natrium cukup berpengaruh sehingga perlu dibatasi secara
terkendali. Salah satu sumber jenis makanan yang mengandung kadar natrium yang
tinggi ialah penyedap rasa yang mengandung monosodium glutamat atau yang lebih
dikenal dengan sebutan MSG sehingga penggunaan jenis makanan tersebut sebaiknya
harus digunakan sesedikit mungkin dan bila perlu dihindari.
·
Gaya Hidup Kurang Sehat
Diantara kegiatan yang termasuk gaya
hidup yang kurang sehat, yaitu kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol,
dan sedikitnya aktivitas tuh akibat dampak pola hidup modern yang keliru. Saat ini
terlihat ada kecenderungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan dengan masyarakat pedesaan. Hal ini dapat dijelaskan
dengan adanya gaya hidup masyarakat perkotaan yang kurang sehat sehingga
mempengaruhi tingkat hipertensi yang terjadi.
c.
Faktor Stres
Peningkatan stres, yang
meningkatkatkan aktivitas saraf simpastis, mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara
bertahap. Apabila terjadi stres berkepanjangan, maka tekanan darah akan berada
pada kondisi yang tinggi yang berarti terjadi tekanan darah tinggi. Terjadinya
hipertensi dipengaruhi oleh adanya interaksi berbagai faktor dan faktor utama yang lebih berperan terhadap timbulnya hipertensi tidak dapat diketahui secara pasti.
Stres sendiri adalah
rasa takut dan cemas dari perasaan dan tubuh terhadap perubahan di lingkungan. Secara
fisiologis, bila ada sesuatu yang mengancam, kelenjar pituitary otak
mengirimkan “peringatan” dan hormon ke kelenjar endokrin, yang kemudian
mengalirkan hormon adrenalin dan hidrokortison ke dalam darah. Hasilnya, tubuh
menjadi siap untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan yang muncul. Secara alamiah,
yang dirasakan adalah degup jantung yang berpacu lebih cepat dan keringat
dingin yang biasanya mengalir di tengkuk.
Dalam kondisi stres,
tubuh langsung menyesuaikan diri terhadap tekanan yang datang. Inilah yang
menyebabkan bahwa stres melebihi daya tahan atau kemampuan tubuh yang biasanya.
Akan tetapi, penyesuaian tubuh ini dapat
menyebabkan gangguan, baik secara psikis maupun fisik. Adanya hormon adrenalin
dan hidrokortison yang dihasilkan sebagai reaksi tubuh terhadap stres, bila
berlebihan dan berlangsunf dalam jangka waktu lama, dapat menyebabkan reaksi
dari organ tubuh yang lain. Penelitian di Amerika Serikat menemukan bahwa enam
penyebab utama kematian yang erat hubungannya denga stres adalah penyakit jantung koroner, kanker, paru-paru, kecelakaan,
pengerasan hati, dan bunuh diri.
Daftar Pustaka
Widjadja, Rafelina. 2009.
Penyakit Kronis Tindakan, Pencegahan, dan
Pengobatan Secara Medis Maupun Tradisional. Jakarta: Bee Media Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar