Cari Blog Ini

Minggu, 24 Juni 2012

Pengertian Kegelisahan Dalam Hubungan Antara Manusia Dan Kegelisahan



Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tentram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan. Kegelisahan hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari biasanya, misalnya  berjalan  mundar-mandir  dalam  ruang  tertentu  sambil  menundukkan  kepala; memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangannya; duduk termenung sambil memegang kepalanya;  duduk dengan wajah murung atau sayu, malas bicara;  dan Iain-lain.
Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tecapai. Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neuorotik dan kecemasan moril.

a)      Kecemasan  Obyektif

Kecemasan tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda tertentu atau keadaan tertentu dari lingkungannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutannya itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan. Seseorang wanita yang pernah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian apa yang disebut stress. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil dan sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu  ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan  orang  yang  seusia  ayahnya,  tetapi  ada  pula  yang  memberikan  reaksi membalik : karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagai  pelampiasannya.

b)      Kecemasan  Neuorotis ( syaraf )

Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini  dibagi tiga macam,  yakni  :
1)      Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul  karena  orang itu takut akan bayangannya sendiri atau takut akan identitasnya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu  yang hebat akan terjadi.
Contoh  :
Didi anak laki-laki berumur 10 tahun. Ia duduk di kelas V SD. Pada suatu hari ia diberitahu ayahnya, bahwa bulan depan ayahnya dipindahkan ke kota lain. Mereka sekeluarga harus pindah. Sudah tentu Didi harus ikut. Jadi ia harus pindah sekolah di kota tempat ayahnya bertugas. Ibu Didi nampak gelisah, karena tinggal di tempat yang lama ia sudah betah, berkat adanya seorang ibu yang aktif mengumpulkan dan memajukan ibu-ibu. Lebih-lebih Didi, karena baik di kampung maupun di sekolah Didi banyak kawannya. Karena itu ia takut kalau di tempat yang baru kelak ia tidak akan merasa betah. Bila tidak ikut pindah, akan ikut siapa; ikut pindah bagaimana di  tempat yang baru nanti.  Ia takut pada bayangannya sendiri.
2)      Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah,  bahwa  intensitas ketakutan melebihi  proporsi  yang sebenarya dari  obyek yang ditakutkannya.  Misalnya seorang gadis takut memegang benda yang terbuat dari karet. la tidak mengetahui  sebab ketakutan tersebut, setelah dianalisis; ketika masih kecil dulu ia sering diberi balon karet oleh ayahnya, satu untuk dia dan satu untuk adiknya. Dalam suatu pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga ia  mendapat  hukuman  yang  keras  dari  ayahnya.  Hukuman  yang  didapatnya  dan perasaan bersalah menjadi terhubung dengan balon karet.

3)      Rasa  takut  lain  ialah  rasa  gugup,  gagap dan  sebagainya.  Reaksi  ini  munculnnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan  diri  yang  bertujuan  untuk  membebaskan  seseorang dari kecemasan neuorotis yang sangat menyakitkan dengan jalan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh identitas meskipun ego dan superego melarangnya.
Contoh  :
Seseorang yang tidak biasa menyanyi atau bicara didepan umum, sekonyong-konyong diminta  untuk  menyanyi  atau  berpidato,  maka  ia  gelisah,  gemetar,  dan  hilang keseimbangan, sehingga sulit berbicara atau menyanyi.

c)       Kecemasan  Moril

Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi  antara lain, yakni  iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, atau rasa kurang. Rasa iri, benci, dengki, dendam itu merupakan sebagian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu sering alasan untuk  iri, benci, dengki  itu kurang dapat dipahami orang lain.
Sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan  merasa  khawatir,  takut,  cemas,  gelisah dan putus  asa.  Misalnya  seseorang  yang merasa dirinya kurang cantik, maka dalam pergaulannya ia terbatas bila tidak tersisihkan, sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan, sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidakmampuannya menyamai kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.

Artikel :

Festival Pisang Hidupkan Kembali Kecintaan Petani




Eny Prihtiyani | Senin, 27 Oktober 2008 | 20:38 WIB
BANTUL, SENIN - Sebanyak 42 kelompok tani dari Kabupaten Bantul dan sekitarnya, mengikuti festival pisang di Pasar Seni Gabusan. Lewat kegiatan tersebut diharapkan kecintaan masyarakat terhadap buah pisang bisa pulih sehingga semangat menanam pohon pisang bisa hidup kembali.
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul Edy Suharyanto, Senin (27/10) mengatakan, pihaknya tidak membatasi jumlah peserta dan asal usul mereka. Bagi kelompok tani dari laur daerah juga bisa mendaftar.
Ada tiga kriteria penilaian yang digunakan. Pertama, jenis pisang. Ada empat jenis pisang yang memiliki nilai ekonomi tinggi yakni Pisang Ambon, Pisang Raja, Pisang Kepok, dan Pisang Poja. Kedua, kriteria mulus tidaknya buah pisang. Bila kulitnya burik berarti pisang tersebut berpenyakit. Kriteria terakhir adalah banyak sisir.
Menurut Edy, penyelenggaraan acara tersebut dilatarbelakangi kegelisahannya karena masyarakat mulai meninggalkan buah pisang. Masyarakat mulai enggan makan buah pisang, padahal kandungan gizinya setara dengan buah apel, karenanya.
Redupnya animo masyarakat dalam mengkonsumsi buah pisang membuat keberadaan buah tersebut makin punah. Sejak 15 tahun terakhir jenis-jenis pisang yang ditanam berkurang drastis. "Untuk mendapatkan pisang raja saja saat ini sulitnya bukan main," katanya.
Buah pisang yang diikutkan dalam festival di tata rapi di bagian depan stand-stand peserta Bantul Agro Expo, yang digelar tanggal 25 -28 Oktober di Pasar Seni Gabusan. Keberadaan pisang tersebut mampu menyedot pengunjung. Selain mengamati buah pisang yang dipajang, pengunjung juga tertarik membeli bibit pohon pisang.
"Saya rencananya akan menanam pohon pisang di belakang rumah, mumpung bibitnya ada. Selama ini bibit pohon pisang sulit dicari tidak seperti bibit mangga dan jambu. Saya tidak tahu persis mengapa bibitnya bisa langka seperti itu," kata Arman, salah seorang pengunjung festival.
Selain festival pisang, Bantul Agro Expo juga menampilkan sejumlah produk pertanian lokal unggulan. Tidak hanya itu, produk olahan seperti emping garut dan keripik tiram juga ditawarkan.

Pendapat :

Manusia dalam menjalani hidupnya pasti sering mengalami kegelisahan, baik kegelisahan yang bersumber dari dalam diri sendiri, maupun kegelisahan yang bersumber dari lingkungan sekitarnya. Sebenarnya kegelisahan merupakan hal  wajar yang dimilki oleh setiap manusia karena kegelisahan hadir karena ia merupakan suatu pemberian Tuhan. Tuhan memberikan sesuatu ke dalam diri manusia bukan tanpa sebab atau sekedar iseng belaka. Kegelisahan hadir di dalam diri manusia karena kegelisahan dapat membuat manusia menjadi lebih baik sehingga kualitas hidupnya pun akan lebih baik. Idealnya, saat manusia merasakan kegelisahan dalam diri, ia akan merasa tidak nyaman dan serba salah. Karena perasaan yang tidak mengenakan itu, ia mencari sumber kegelisahannya dan setelah ia menemukan sumber kegelisahannya, ia akan berusaha menghadapi dan mengatasi sumber kegelisahan tersebut. Setelah kegelisahannya teratasi, kualitas diri manusia pasti akan meningkat dan karena meningkat, pribadi manusia tersebut akan lebih baik dari sebelumnya dan ia pun mendapatkan pengalaman berharga dalam mengatasi kegelisahan tersebut. Namun, ada pula manusia yang terus menyimpan kegelisahan demi kegelisahan di dalam diri dan itu ia lakukan baik dengan kesadaran diri sendiri atau tanpa dia sadari karena ia tidak peka terhadap dirinya sendiri.
Kegelisahan dalam diri manusia biasanya berawal dari ketidakberdayaan manusia menghadapi dan mengatasi suatu masalah dalam hidupnya. Seringkali kegelisahan yang dialami meningkat menjadi suatu bentuk kecemasan. Kegelisahan dan kecemasan seperti debu yang menumpuk. Bila debu yang tipis berada di atas permukaan lantai dalam sebuah ruangan diibaratkan sebagai bentuk kegelisahan yang tersimpan di dalam diri manusia, lalu debu tipis tersebut diabaikan dengan tidak berusaha untuk membersihkannya sesegera mungkin, lambat laun debu tipis tersebut akan menumpuk dan menebal sehingga akan terasa semakin sulit dan lama untuk membersihkanya dibandingkan bila dibersihkan saat debu tersebut masih tipis. Begitu pula dengan kegelisahan, semakin lama kita membiarkan kegelisahan dalam diri kita, maka akan semakin bertambah jumlah intesitas kegelisahan dalam diri kita dan kegelisahan tersebut berubah menjadi kecemasan. Saat kegelisahan telah berubah menjadi kecemasan, hati dan pikiran manusia akan semakin tertekan dan bila tekanan tersebut tidak dapat teratasi dengan baik, maka dapat berujung menjadi suatu bentuk kelainan yang berakibat merugikan manusia itu sendiri bahkan lingkungan di sekitarnya.
Berdasar pada artikel di atas, kegelisahan yang dialami disebabkan oleh mulai langkanya pisang, khususnya pisang yang berkategori baik, terutama pisang-pisang varietas unggulan. Kegelisahan yang dialami tersebut terus-menerus meningkat sehingga tibalah pada sebuah titik puncak. Pada sebuah titik puncak tersebut, kegelisahan yang dialaminya selama ini dapat teratasi dengan baik karena selama ia mengalami kegelisahan, selama itu pula ia berusaha menghadapinya dengan mencari solusi atas kegelisahan yang ia hadapi tanpa melarikan diri dari kegelisahan tersebut. Hal ini terbukti dengan diadakannya Festival Pisang di Pasar Seni Gabusan. Animo masyarakat pun baik dengan terlihat dari antusiasme masyarakat, khususnya sejumlah kelompok tani yang mengikuti festival tersebut, yang menunjukan dukungan atas diadakannya festival pisang tersebut. Kegelisahan atas langkanya pisang pun dapat teratasi dan ini menunjukan bahwa kegelisahan bukanlah suatu hambatan, melainkan suatu batu loncatan untuk mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik lagi. Ditambah dengan banyak manfaat yang terkandung dari pisang, baik buahnya maupun pohonnya, maka festival ini memberikan manfaat pula bagi masyarakat, baik dari segi kualitas berupa kesehatan atas mengonsumsi pisang dan keuangan atas penjualan pisang maupun menjaga keberadaan pisang tersebut agar terus ada untuk generasi-generasi berikutnya.

Sumber :
a.                Nugroho, Widyo dan Achmad Muchji.1996.Ilmu Budaya Dasar.Jakarta:Universitas Gunadarma.
b.         http://nasional.kompas.com/read/2008/10/27/20380324/festival.pisang.hidupkan.kembali.kecintaan.petani.
c. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd7jIYUmyNicJABjoeXQF3sUCJs4S7bbL9A-xqBRxAmDoGhkWmDvSC-WkxgUOA6C4FTsH5ZcLxOhipAJKb5VjqbCCnzDR3uNrcgd63nqPzgpekHaCOzAzI5Bw-4mCp8ePywSGSnxWiFc0/s1600/siluet.jpg
d. https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3OBtK_AY4UwUTAiH_K-Yin5fLSEVwKgs-ecSLi4vMRxR3kFoxc9JhmiSnaPeE9OBc8AyVbNWVsbSur4u7N7sGxVUOMqht4-7oAfqqqh92fPXhgDCBBIhmfverntkGjZ7Nvio-rdwOdq1e/s1600/lonely_1.jpg
e.http://alfiyandi.files.wordpress.com/2010/02/berdoa111.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar